BANGGA MENJADI ISTRI PRAJURIT TNI SEKALIGUS NAKES DI MASA PANDEMI INI

By admin 16 Des 2021, 09:07:18 WIT Persit
BANGGA MENJADI ISTRI PRAJURIT TNI  SEKALIGUS NAKES DI MASA PANDEMI INI

Masih tersimpan jelas dalam ingatan ku tgl 27 Desember 2011 adalah hari dimana aku memutuskan untuk menjadi pendamping (istri) seorang Tentara TNI AD atau lebih dikenal PERSIT. Menyandang status istri tentara (PERSIT) merupakan kebanggaan sekaligus kehormatan tersendiri bagiku. Aku seorang Bidan lulusan salah satu kampus swasta di kota pelajar Yogyakarta.

Saat aku menikah aku berstatus sebagai Bidan Desa di sebuah kecamatan di Bali, namun karena tugasku sebagai seorang istri abdi Negara yg bertugas di ujung timur Indonesia jadi aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan ku sebagai Bidan desa guna mengikuti suamiku ke tempat nya bertugas. Jayapura adalah tempat tugas suamiku tepatnya di Kodam XVII Cenderawasih. Kota Jayapura adalah kota pertama yang mengharuskan aku untuk menempuh perjalanan udara. Pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan pertama kali naik pesawat pikiran campur aduk karena jarak tempuh yang tidak sebentar namun rasa itu lenyap karena suami yg selalu ada di sisi ku memberikan aku rasa nyaman dan aman,

Pada saat tiba dijayapura aku memutuskan untuk melamar kerja kembali sebagai seorang Bidan. Namun, suamiku melarangnya karena tidak lama setelah tiba di kota Jayapura aku hamil anak pertama kami. Suamiku berkata “nanti mama boleh kerja lagi kalo anak kita sdh berumur diatas 2 th ya ?”. Aku pun mengiyakan perkataan suamiku. Tahun 2013 lahir putra pertama kami, seperti ibu rumah tangga pada umumnya aku dirumah menjaga anak, mengerjakan pekerjaan rumah dan mengikuti kegiatan PERSIT di kantor suami apabila ada kegiatan Arisan ataupun kegiatan lain nya. Pada tahun 2016 putra pertama kami sdh berumur 3 tahun dan saya meminta ijin kepada suami untuk melamar pekerjaan di salah satu rumah sakit, suamiku yang seorang prajurit /abdi Negara dia menepati janjinya. Dengan ijin restu dari suami saya mulai membuat lamaran kerja melengkapi berkas dan mengirim lamaran itu sendiri langsung kebeberapa rumah sakit yg ada dikota Jayapura.

Usaha ku membuahkan hasil, pada akhir bulan januari tahun 2016 saya mendapatkan panggilan tes di sebuah rumah sakit swasta. Pada saat mengikuti tes suami sangat mendukung saya salah satu dukungannya yaitu menjaga anak kami dan akhirnya doa ku terjawab saya diterima kerja dirumah sakit tersebut. Menjadi seorang Bidan merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi saya karena kita ikut menyaksikan sebuah kelahiran seorang malaikat kecil. Bahagianya bisa kerja lagi menggunakan seragam putih bersih rambut rapi diharnet dan senyum menyambut kedatangan pasien yg akan melahirkan.

Tapi sekarang keadaannya berbeda, Awal tahun 2019 muncul penyakit yang banyak orang tidak percaya dengan adanya penyakit ini yaitu penyakit yg disebabkan oleh virus. Virus ini awal nya hanya ada di luar negeri kita hanya lihat ada di berita di tv ataupun media sosial. Namun, karena penyebaran virus ini begitu cepat maka Indonesia pun terkena imbasnya. Dikarenakan penyebaran virus ini melalui beberapa cara yaitu salah satunya melalui droplet(percikan partikel yang sangat kecil). Semenjak ada nya virus ini kita sebagai nakes yang bekerja memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat diwajibkan menggunakan APD (alat pelindung diri). Mulai dr atas kepala sampai ujung kaki pun tertutup. Tidak ada yang namanya pakai make up kalau berangkat kerja, tidak ada lagi baju putih berkerah lengkap dengan ID card dan papan nama, tidak ada lagi senyuman yg nampak saat kita bertemu dengan pasien atau teman sejawat karena wajib memakai masker dan APD. Apalagi saat menolong persalinan kita harus menggunakan APD level 3 (baju hazmat,hair cup,face shild/kacamata goggle,masker KN95,sepatu bot,dan handscoon). Pada saat pandemi ini muncul ada rasa takut untuk datang ke RS tempat saya bekerja, hingga muncul dibenakku untuk risign dari RS karena takut kalau kontak dengan pasien yang positif covid 19 akan berdampak juga terhadap anak dan suamiku. Sempat ku utarakan niatku untuk risign dari RS suamiku tidak melarang ku dia hanya menjawab “mama tega lihat teman – teman nakes berjuang di RS menolong pasien sedangkan mama dirumah?”, kerja sesuai protokol kesehatan ikuti SOP dalam setiap tindakan bekerja dengan Hati dan hati – hati niscaya mama gak akan terinfeksi oleh virus ini, itu kata – kata suamiku yang selalu memberikan saya dorongan untuk terus berusaha bersama – sama dengan teman – teman nakes memberikan pelayanan kesehatan khusus nya dibagian kebidanan. Rasa takut terinfeksi virus ini selalu ada, jadi untuk meminimalisir membawa virus ini kerumah saya dan teman – teman bidan selalu membawa baju ganti dan mandi keramas dirumah sakit. Mencuci tangan dengan 6 langkah yang biasa nya kita lakukan jika akan dan setelah melakukan tindakan medis sekarang kita wajib mencuci tangan 6 langkah tidak hanya sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis namun, setiap saat kita mencuci tangan, apalagi setelah memegang sesuatu atau setelah kontak dengan pasien. Semenjak pandemi ini muncul setiap ada pasien yang datang untuk melahirkan selalu ada rasa was – was. Pasien yang melahirkan pun merasa tidak nyaman karena mereka juga harus memakai masker dan kemudian disediakan Chamber ( kotak plastik khusus untuk ibu melahirkan agar bisa melepas masker dan bernafas dengan lega selama proses persalinan. Saat proses persalinan bukan hal muda yg dilalui oleh seorang calon ibu, menahan rasa sakit dan tidak nyaman. Namun kita sebagai bidan yg sudah memakai APD level 3 yang lebih tidak nyaman lagi harus tetap bisa menenangkan dan mengarahkan pasien.

Pada saat pertolongan persalinan kita sangat tidak nyaman menolong pasien menggunakan APD level 3 terutama menggunakkan baju Hazmat yg tertutup dari ujung kepala sampai kaki,belum lagi masker KN95 yg ketat bikin sesak dan dipakai selama 8 jam dibuka jika selesai operan dinas. Awalnya hanya lihat di sosmed yang foto teman – teman nakes yang pake APD maskernya membekas di wajah dan aku menngalaminya sendiri saat masker KN95 dibuka dari batang hidung melingkar sampai bagian dagu berbekas garis. Pikirku nanti mandi cuci muka itu bekas di wajah hilang ternyata bekas nya itu tidak hilang butuh beberapa jam baru hilang. Jadi semenjak adanya pandemic ini kami wajib mandi sebelum pulang bertemu keluarga. Saat sampai dirumah aku sudah menyiapkan cairan klorin didepan rumah aku semprot dulu semua perlengkapan yang ak bawa terus masuk rumah dan masuk kamar mandi untuk mandi lagi. Jadi kalau kita dari bepergian kemanapun apalagi pulang kerja walaupun sudah mandi dan ganti baju di tempat sampai dirumah kita wajib mandi lagi ganti baju yang bersih. Demi menjaga kesehatan keluarga segala cara usaha kita lakukan.

Setelah selesai membersihkan diri aku bersiap menjemput anak kami yang ada di pengasuh yang tidak jauh dari rumah. Kalau sudah dirumah aku sama dengan ibu – ibu rumah tangga yang lain nya yaitu mengerjakan tugas seorang istri memasak, mencuci, menjaga anak dan lain – lain. Semenjak pandemi ini aku lebih ekstra hati – hati dalam melakukan tindakan pelayanan kesehatan demi keselamatan pasien begitu juga menjaga diri agar tidak terinfeksi virus yang berbahaya ini. Virus Covid 19 ini membawa banyak dampak pada keseharian ku, yang biasanya kita bisa jalan – jalan bebas di hari libur sekarang kita lebih banyak dirumah bermain didalam rumah dengan anak kami. Kadang orang juga takut dengan ku semenjak adanya virus covid 19 ini, dari pandangan mereka seolah – olah aku ini yang kerja dirumah sakit kemungkinan besar aku bisa saja membawa virus itu dan menulari mereka. Wajar mereka memiliki pandangan seperti itu karena ada keluarga yang harus mereka lindungi. Namun ada juga teman yg tidak khawatir kontak dengan saya dan mereka selalu menjalankan prokes dengan baik. Banyak dampak positif dan negatif nya namun itu semua demi kebaikan kita bersama. Semenjak pandemi kita jadi peduli tentang kebersihan dan kesehatan, jadi lebih memperhatikan pola hidup sehat, jadi rajin olahraga, jadi lebih memperhatikan bahan makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari – hari, lebih banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang terbuat dari bahan alami (organik).

Suamiku pun jika pulang kerja wajib menyemprot perlengkapan yang dia bawa dari kantor sbelum masuk kedalam rumah, langsung masuk kebelakang untuk mandi dan ganti baju yang bersih. Jika sudah selesai membersihkan diri baru bisa main sama anak, banyak hal – hal yang biasanya bebas peluk cium anak kapan saja namun semenjak pandemi ini harus dirubah semua perilaku itu demi kesehatan anak dan keluarga. Di tempat kerja juga banyak hal yang berubah, terutama dari penggunaan seragam, kami setiap jaga menggunakan baju jaga OK dinas pagi, siang dan malam selalu pakai baju dinas OK karena untuk memudahkan kami pada saat tindakan, selain itu dikarenakan kami juga harus menggunakan APD level 3 saat berdinas. Jika baju APD dilepas baju dinas OK yang kami gunakan pasti basah kuyup, maka dari itu kami selalu membawa baju ganti dan mandi dirumah sakit sebelum kami pulang. Anjuran untuk memakai masker dan menjaga jarak sering diabaikan oleh masyarakat, masyarakat ada yang mengindahkan anjuran tersebut dan ada juga yang mengabaikan, seolah – olah meremehkan virus covid 19. Bahkan anjuran untuk vaksin dari pemerintah banyak juga masyarakat yang takut untuk divaksin karena di picu oleh berita hoax yang banyak beredar di sosial media.

Suamiku yang seorang abdi Negara selalu mendukung ku disetiap langkah ku dalam berdinas. Bahkan ada pengalaman ku saat pertama kali kami merawat pasien seorang ibu hamil yang positif covid 19. Pasien itu masuk dengan keluhan demam dan batuk, karena pasien dalam keadaan hamil jadi pasien dirawat diruang kebidanan. Karena pasien ada keluhan demam dan batuk serta ada riwayat kontak dengan orang yang positif maka pasien tersebut di lakukan tes PCR. Namun hasil nya tidak langsung ada harus menunggu dulu kurang lebih 1 minggu. Jadi selama kurang lebih 1 minggu kami merawat pasien tersebut dengan sepenuh hati sama hal nya dengan pasien – pasien lainya.

Pada saat info hasil PCR pasien tersebut keluar aku sedang dirumah bersama anak dan suamiku. Suasana ceria riang gembira berubah jadi sedih saat aku menerima telp dari teman ku yang pada saat itu berdinas dan dia menyampaikan hasil bahwa PCR ibu itu positif covid 19. Bagaikan mimpi mendengar berita itu, namun ini lah kenyataan nya aku dan teman – teman bidan ku sudah kontak dengan pasien tersebut. Begitu mendengar berita itu segera kuraih kotak masker medisku yang ada di atas meja ruang tamu, segera ku pakai dan aku sampaikan pada suamiku kalau pasien ku yang kurawat postif. Aku berpikir suamiku akan kaget atau marah karena bisa saja aku terinfeksi virus ini, ternyata suamiku menjawab dengan santai nya “ ohh positif “. Aku pun bertanya “papa tidak takut kah aku terinfeksi dan aku membawa virus itu dan menulari kalian?” jawaban dari suamiku yaitu kenapa harus takut kalau saat kontak sudah menggunakkan APD sudah sesuai SOP niscaya kita aman. Jawaban itu sedikit menenangkan ku namun perasaan takut terinfeksi selalu ada karena yang aku khawatirkan adalah anaku yang masih balita.

 Malam itu teman bidan yang berdinas menginfokan kalau bidan semua bidan diwajibkan untuk datang semua besok untuk melakukan Rapid tes (pada saat itu belum ada antigen). Keesokan harinya aku datang kerumah sakit dengan perasaan tidak tenang karena kalau hasil rapid ku reaktif otomatis aku akan di isolasi dirumah sakit bagaimana dengan anaku yang balita hanya itu yang terlintas dipikiran ku. Setelah melakukan cek rapid tes hasil dalam waktu 45 menit keluar aku dan teman – teman bidan ku non reaktif, puji syukur kami panjatkan pada Tuhan karena masih diberikan kesehatan. Setelah hasil keluar kami seluruh bidan di perintahkan untuk isolasi mandiri selama 1 minggu jika selama isolasi kami ada keluhan kami harus melaporkan keadaan kami kepada pihak yang bertanggungjawab dalam satgas covid khusus nya petugas yang bekerja di rumah sakit tempatku bekerja. Selama isolasi mandiri dirumah aku selalu menggunakkan masker kecuali makan ,minum dan mandi saja aku melepas maskerku. Bahkan tidur pun aku tetap menggunakkan masker karena takut akan menular pada anak dan suamiku. Tidurpun kami harusnya terpisah namun anak kami yang balita pada saat itu masih minum ASI jd terpaksa aku tetap tidur dengan anaku dengan menggunakan masker dobel. Jika anaku sudah tidur aku keluar dari kamar dan tidur di ruang tamu, tidur ku pun tidak pernah tenang karena memikirkan keadaan ku 1 minggu kedepan. Makan dan minum air putih yang cukup setiap hari serta minum vitamin yang dibutuhkan saat itu.

Suamiku selalu menyemangatiku bahwa kita akan baik – baik saja, selain sebagai prajurit yang setia menjaga NKRI suamiku juga senantiasa menjaga ketenangan hatiku, terima kasih prajurit hatiku atas segala dukungannya. Sudah seminggu berlalu dan aku pun baik – baik saja bersama keluarga ku, setelah seminggu kami diwajibkan rapid tes lagi dirumkit sebelum kami aktif berdinas lagi. Setelah melakukan cek lab rapid tes aku dan teman – teman bidan dinyatakan non reaktif puji kami panjatkan kepada Tuhan. Kemudian kami berdinas lagi sesuai dengan jadwal yang sudah dibuatkan oleh kepala ruangan kami, semoga saja tim nakes dimanapun berada agar selalu diberikan kesehatan dalam melaksanakan tugasnya. Sekarang keadaan kembali mencekam karena virus covid 19 ini muncul dengan variant baru yang dikenal dengan nama variant delta. Belum berakhir covid 19 sudah muncul variant baru yang lebih ganas, setiap hari di UGD selalu terdengar jeritan keluarga yang kehilangan anggota keluarganya. Hampir setiap hari ada yang meninggal karena covid 19, bukan 1 kematian bahkan pernah dalam rentang waktu kurang dari 12 jam ada 3 kematian. Bahkan banyak masyarakat yang takut datang berobat kerumah sakit mereka bertahan dirumah stelah parah mereka baru datang ke UGD dan sudah terlambat segala usaha pertolongan pun dilakukan namun karena kondisinya sudah sangat parah tim medis sudah tidak bisa lagi membantu karena sudah terlambat.

 

Semoga masyarakat yang masih takut datang berobat kerumah sakit bisa lebih memahami tentang virus ini, jika ada gejala sebaiknya segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan obat yang tepat. Tim medis tidak akan sembarangan memvonis pasien tim medis pun jika menegakkan diagnosa berdasarkan pemeriksaan kepada pasien, hasil lab dan melakukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.  Jika masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan pasti akan mengurangi angka kematian karena covid 19. Aku selalu mengingatkan kepada suamiku untuk selalu memakai masker damanapun apalgi jika dalam ruangan kerja yang tertutup,selalu membawa handsanitizer dan selalu membawa masker cadangan didalam tas. Tetap jaga jarak jika sedang melakukan kegiatan diluar rumah ataupun dikantor. Semoga pandemi ini cepat berlalu agar kami tim medis dan seluruh masyarakat bisa melakukan aktifitas seperti biasa tanpa harus menggunakan masker. Tetap lakukan prokes dimanapun anda berada untuk saling menjaga satu sama lain, “SA JAGA KO, KO JAGA SA”.

“HEN TECAHI YO OMOMI T’MAR NI HANASED”

 

Penulis

Oleh :             Ni Luh Putu Wiwik Sumiarti Amd.Keb

Istri Dari:        Serda Putu Putra adi wirawan

Kesatuan:      Babinminvetcaddam XVII Cend/Cab. III Spersdam




View all comments

Write a comment