PENGALAMAN BERTUGAS SEBAGAI TENAGA MEDIS PADA MASA PANDEMI COVID-19

By admin 15 Des 2021, 16:29:49 WIT Persit
PENGALAMAN BERTUGAS SEBAGAI TENAGA MEDIS PADA MASA PANDEMI COVID-19

Saya Fitriah Wijayanti Sangaji, Amd.Keb istri dari Sersan Mayor Muhamad Ramly Hurasan berdinas di Satuan Detasemen Kavaleri3/SC Kodam XVII/Cenderawasih yang berlokasi Timika, kabupaten Mimika provinsi Papua. Saya bekerja sebagai tenaga bidan di Puskesmas Jileale Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika provinsi Papua. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya sebagai tenaga Medis yang berkerja di masa pandemi covid-19.

 

Akhir tahun 2019 kita semua mendengar berita tentang adanya virus corona atau virus covid-19 yg melanda kota Wuhan China. Begitu bahaya virus corona ini sehingga orang-orang di kota Wuhan yang terpapar virus corona ini banyak yang meninggal dunia dengan begitu cepat. Mendengar berita itu rasa takut akan virus corona ini begitu besar, kami berdoa semoga virus corona ini tidak sampai ke negara Indonesia dan terkhusus ke kota Timika.

 

Namun yang kita takutkan terjadi, melalui pemberitaan di berbagai media massa baik cetak maupun elektronik tersiar berita bahwa ada warga Indonesia yang terpapar virus corona di kota Jakarta. Rasa takut itu semakin besar terkhusus saya sebagai tenaga medis.

 

Dan tepat dibulan Maret 2020, kami tenaga medis di kota Timika mulai menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi dalam pelayanan Kesehatan di puskesmas dan Rumah sakit. Walaupun kami masih sangat terbatas dengan alat pelindung diri (APD) yaitu pakaian Hazmat dll. Kami berusaha untuk tetap bisa bekerja dengan baik namun tetap dapat melindungi diri dari membawa pulang virus tersebut ke rumah kerena ada keluarga yang harus kami lindungi terkhusus anak-anak dan suami.

 

Pada awal pelayanan di masa pandemi, jujur sangat menguras tenaga karena penggunaan APD yang tebal dan berjam-jam lamanya membuat kami lebih mudah lelah dan stres, sehingga imun tubuh menurun namun saya berusaha agar tetap bisa menjaga diri dan kesehatan agar tetap bisa beraktivitas.

 

Di puskesmas, saya bertugas sebagai tenaga juru imunisasi (Jurim) yang tugas pokoknya setiap bulan turun ke lapangan yaitu ke posyandu-posyandu bayi dan balita yang berada di wilayah kerja puskesmas tempat saya bekerja, di wilayah kami memiliki 11 posyandu aktif, ya artinya saya setiap harinya harus bertemu dengan orang banyak dan pastinya posyandu mengumpulkan banyak orang. Karena hal itu dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika membatasi aktifitas posyandu.

 

Pelayanan posyandu Bayi Balita pada masa pandemi covid-19 hanya diperuntukan bagi bayi balita yang akan/mempunyai jadwal imunisasi sedangkan bayi balita yang akan menimbangkan berat badan untuk memantau status gizi bayi balitanya tidak dianjurkan untuk datang ke posyandu. dan pelayanan posyandu ini hanya diadakan sebulan sekali di puskesmas, hal ini dilakukan agar menghindari kerumunan dan meminimalisir penyebaran virus covid-19.

  

Karena kegiatan posyandu dibatasi dan dilaksanakan sebulan sekali maka kami petugas lapangan sementara diperbantukan dipelayanan dalam Gedung dan saya sering diperbantukan di triase depan khusus penanganan pasien dengan gejala batuk pilek.

 

Pada suatu hari ada pasien yang datang berobat ke puskesmas tempat kami bertugas, kebetulan saya hari itu ditugaskan di triase depan melayani pasien yang mengalami batuk pilek. Setelah pulang kerja sorenya saya mendapatkan informasi di grup whatsapp puskesmas bahwa pasien yang datang berobat tadi pagi ada yang terkonfirmasi covid-19 kemudian saya dan beberapa teman yang pagi tadi bertugas di trease pasien batuk pilek diperintahkan untuk isolasi mandiri sampai dijadwalkan pemeriksaan swab test, mendengar hal itu betapa terkejutnya saya semua pikiran buruk-buruk terlintas di benak saya dan paling membuat saya sedih karena harus berpisah sementara waktu dengan suami dan anak-anak saya.

 

Hari-hari isolasi saya lewati dengan perasaan was-was dan gelisah menanti jadwal pemeriksaan swab test yang saat itu lama sekali karena pemeriksaan swab testnya belum ada di labolatorium-laboratorium di kota Timika dan masih harus dikirimkan sampelnya ke Ibukota provinsi Jayapura. Hari ke 10 isolasi saya ditelepon dari petugas Rumah Sakit Umum Daerah Mimika untuk datang kesana untuk diswab, sayapun datang ke rumah sakit setelah sampai disana saya bertemu banyak orang yang mereka juga menanti untuk diswab test. Saya melihat ada satu keluarga yang terdiri dari 1 orang bapak dan 3 orang anaknya yang masih kecil yang mengantri untuk diswab test juga, ternyata karena ibunya terkonfirmasi positif covid-19 makanya mereka sekeluarga diminta datang untuk diswab test, sayapun membayangkan seandainya hasil swab test saya terkonfirmasi positif covid-19 maka akan terjadi hal yang sama terhadap suami dan anak-anak saya. Hal itu membuat saya sangat bersedih dan hati pun semakin gelisah menanti hasil swab testnya. Setiap hari saya selalu berdoa semoga hasil yang keluar baik adanya. Disamping itu banyak dukungan dari teman-teman tim medis yang begitu membuat hati tegar menghadapi masa-masa isolasi. Dan juga dukungan dari ibu-ibu persit Denkav-3 yang begitu baik selalu menanyakan keadaanku setiap harinya. Dan melihat suami yang begitu sabar menjaga anak-anak kami membuat semangat dan berfikir positif kalau hasil pemeriksaan swabnya pasti baik.

 

Dan pada hari ke 20 isolasi saya ditelepon dari petugas Rumah Sakit kalau hasil swab test pertama hasilnya negative, Alhamdulillah mendengar hal itu hati saya sangat lega dan besoknya saya masih harus ke Rumah Sakit untuk dilakukan swab test yang ke 2 dan hari ke 30 isolasi keluar hasil swab testnya. Alhmdulillah hasilnya negative juga. akhirnya semua kegelisahan terjawab dan saya pun sudah bisa berkumpul Kembali bersama suami dan anak-anak tercinta. Saya juga sudah bisa kembali bertugas di puskesmas.

 

Setelah beberapa bulan lamanya kami mendapati banyak warga kota Timika yang terkonfirmasi terkena virus corona atau covid-19. Hal itu membuat masyarakat semakin resah dan khawatir terlebih kami tim medis semakin cemas dan khawatir karena ada keluarga yang menunggu kami di rumah. Setiap hari setelah pelayanan dan kembali pulang kerumah, saya selalu masuk rumah lewat pintu belakang dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan baju yang hari itu dipakai kerja, langsung direndam air sabun. Hal itu saya lakukan sebelum ketemu dengan suami dan anak-anak untuk menghindari jangan sampai sayalah penyebab pembawa virus covid-19 ini kepada suami dan anak-anak saya dan juga lingkungan tempat tinggal saya. Saya tinggal dilingkungan asrama Denkav-3 yang kami sangat peduli dengan sesama, kami selalu saling tukar informasi khususnya perkembangan virus corona atau covid-19 ini di whatsapp grup ibu-ibu guna mengingatkan untuk tetap menjaga Kesehatan kita dan keluarga.

 

Dengan semakin meningkatnya jumlah pasien yang terkonfirmasi virus corona ini akhirnya pemerintah membatasi aktifitas masyarakat yang melakukan kegiatan diluar rumah dan menganjurkan masyarakat untuk tetap   dirumah saja dan beraktifitas lebih banyak dirumah. Dan untuk kami tenaga medis tetap bekerja dan lebih membuat kelelahan karena harus memakai APD yang tebal dan masker yang berlapis-lapis dan bertemu dengan orang banyak yang tidak menutup kemungkinan mereka membawa virus covid-19 dan bisa menularkan kepada kami. Dalam hati saya ingin sekali sama seperti masyarakat yang lain yang aktifitasnya dirumah namun sebagai tenaga medis kami harus siap untuk menjalankan tugas dengan baik.

 

Dan akhirnya kota Timika di umumkan termasuk dalam salah satu kota dengan pasien positif covid-19 terbanyak dan masuk zona merah dan membuat masyarakat kota Timika semakin khawatir dengan keadaan saat ini.

 

Saya sebagai tenaga medispun sangat merasakan kekhawatiran yang besar karena kami yang selalu bertemu dengan orang-orang sakit namun yang membuat kami tetap semangat dalam bertugas banyak juga orang-orang yang peduli. Kami sering mendapatkan kiriman APD berupa baju hazmat, masker dll, bahkan ada yang mengirimkan kita makanan dan minuman, hal ini membuat kami para tim medis merasa senang dan bersemangat untuk tetap bekerja ditengah-tengah pandemi covid-19 yang semakin meningkat.

 

Beberapa waktu lamanya kami bekerja dalam situasi pandemi ini pemerintah mencari solusi untuk menekan penularan virus covid-19 ini dan diputuskan untuk diadakan vaksinasi covid-19. Banyak pro kontra dalam masalah vaksinasi ini. Namun pemerintah tetap melaksanakan program pemberian vaksin covid-19 ini dengan segala pertimbangan dan bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat Indonesia dari virus berbahaya ini.

 

Tenaga kesehatan menjadi kelompok pertama yang akan diberikan vaksin covid-19 ini. Banyak pertanyaan kenapa harus kami para medis yang duluan divaksin misalkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bagaimana dengan negara ini karena Kamilah yang sementara berjuang demi kesembuhan pasien-pasien covid-19. Namun dengan besarnya rasa kepercayaan kami terhadap pemerintah kami siap untuk diberikan vaksin covid-19 ini, kami yakin pemerintah akan melakukan yang terbaik untuk Kesehatan khusus dalam penanganan virus covid-19 ini dan salah satunya dengan diberikannya vaksinasi kepada masyarakat.

 

Kami tim jurim di puskesmas melalukan persiapan pemberian vaksinasi yang mana sebelumnya kami mengikuti pelatihan khusus tentang pelaksanaan vaksinasi covid-19 ini. Pelaksanaan vaksinasi covid-19 dibentuk dengan alur empat meja yakni pertama pendaftaran, kedua skrining, ketiga vaksinasi dan yang ke-empat pencatatan dan observasi.

 

Waktunya pemberian vaksin kepada tenaga Kesehatan, kami seluruh pegawai puskesmas Jileale diwajibkan untuk melaksanakan vaksinasi covid-19 dan secara bergantian kami satu per satu menuju tempat vaksinasi. Rasa gugup dan cemas pun selalu muncul namun kami yakin dan percaya demi Kesehatan kami dan keluarga yang menanti kami dirumah maka kami harus memberanikan diri untuk divaksin.

 

Tiba giliran saya untuk di vaksin dimulai dari meja satu yaitu meja pendaftaran. Pada meja satu petugas akan melakukan verifikasi data, bila sudah sesuai, akan diarahkan menuju ke meja dua yaitu skrining.

 

Pada meja kedua, disini akan dilakukan skrining anamnesa dan pemeriksaan fisik sederhana, serta dilakukankan edukasi vaksinasi Covid-19. Di meja ini, dokter melakukan anamnesa untuk melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi kondisi penyerta (komorbid), serta melakukan pemeriksaan fisik sederhana. Pemeriksaan meliputi suhu tubuh dan tekanan darah dan Alhamdulillah berdasarkan hasil skrining dokter menyatakan saya layak untuk di vaksin.

 

Selanjutnya menuju ke meja tiga yaitu meja vaksinasi. Di sini vaksin Covid-19 akan diberikan secara intra muskular atau melalui lengan sebelah kiri sesuai prinsip penyuntikan aman. Kemudian, petugas menuliskan nama penerima vaksin, Nomor Induk Kependudukan, nama vaksin dan nomor batch vaksin pada sebuah memo. Memo akan diberikan kepada penerima vaksin untuk diserahkan kepada petugas di meja empat.

 

Setelah mendapatkan suntikan vaksin selanjutnya saya menuju ke meja empat yaitu meja pencatatan dan observasi. Di sini Petugas akan menerima memo yang diberikan oleh petugas meja 3 dan memasukkan hasil vaksinasi yaitu jenis vaksin dan nomor batch vaksin. Bila tidak memungkinkan untuk menginput data langsung ke dalam aplikasi, hasil dicatat di dalam format pencatatan manual. Petugas kemudian akan memberikan kartu vaksinasi, manual dan/atau elektronik, serta penanda kepada penerima vaksin yang telah mendapat vaksinasi. Kartu tersebut ditandatangi dan diberi stempel lalu diberikan kepada penerima vaksin sebagai bukti bahwa telah diberikan vaksinasi. Selanjutnya penerima vaksin di sampaikan untuk menunggu selama 30 menit di ruang observasi untuk di observasi dan diberikan penyuluhan tentang pencegahan Covid-19 melalui 3M dan vaksinasi Covid-19.

 

Pada vaksin pertama saya tidak mengalami gejala pasca vaksinasi yang mengkhawatirkan hanya rasa pegal pada tempat penyuntikan dan itu hal yang biasa/umum terjadi setelah pemberian vaksin tidak hanya pada vaksin covid-19 ini. Kami dijadwalkan untuk menerima vaksin kedua pada 14 hari setelah vaksin pertama dan Alhamdulillah pada saat pemberian vaksin yang kedua dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Vaksin diberikan bertujuan memberikan antibodi/perlindungan  dalam tubuh kita terhadap virus covid-19.

 

Setelah menerima vaksin, hati saya mulai sedikit lega karena sudah ada perlindungan dalam tubuh namun masih tetap menerapkan 3M yaitu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.

 

Walaupun kami para tim medis sudah divaksin dan Alhmdulillah sehat setelah divaksin, hal itu belum sepenuhnya meyakinkan masyarakat untuk mau divaksin, sehingga tim Promosi Kesehatan puskesmas bekerja ekstra untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat guna memberikan pemahaman tentang pentingnya vaksinasi covid-19 ini agar tercipta herd immunity atau kekebalan kelompok.

 

Seiring berjalannya waktu masyarakat sudah mulai mengerti dan paham akan pentingnya vaksin ini, banyak masyarakat yang dengan sukarela datang ke puskesmas mendaftarkan diri untuk mendapatkan vaksin covid-19. Diharapkan dengan semakin banyaknya masyarakat yang sudah di vaksin covid-19 ini akan mempercepat terciptanya herd immunity atau kekebalan kelompok di kalangan masyarakat sehingga kita masyarakat Indonesia akan lebih terlindungi dari kemungkinan terinfeksi virus covid-19 ini.

 

Harapan kami semoga kita semua tetap disiplin dan patuh dalam melaksanakan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan agar pandemi ini cepat dapat di atasi sehingga kita semua dapat kembali melaksanakan aktifitas keseharian kita seperti sebelum masa pandemi ini dan anak-anak kita bisa kembali bersekolah tatap muka di kelas.

Demikian pengalaman kami sebagai tenaga medis yang bertugas pada masa pandemi covid-19 ini, semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah Tuhan Yang Maha Esa, Aamiin.

 

Penulis,




View all comments

Write a comment